Merupakan tabiat manusia, apabila rezeki diluaskan, mereka memakainya secara berlebihan hingga sampai pada taraf boros. Allah Subhanahu wata`ala menerangkan bahwa ini memang merupakan salah satu tabiat manusia, yaitu dalam firman-Nya (yang artinya):
وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌۢ بَصِيرٌ
“Dan Jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” [QS. Asy-Syura: 27].
Ketika syariat Islam datang membawa ajaran yang menjamin kebaikan dan kebahagiaan para hamba di dunia dan Akhirat, Syariat yang lurus ini memerintahkan pemeluknya untuk berlaku sederhana (tidak berlebihan) dalam segala hal. Termasuk dalam mempergunakan harta.
Makna Kesederhanaan
Yang kami maksud dengan kesederhanaan ini adalah sikap pertengahan antara dua kerusakan yang besar, yaitu sikap pelit dan boros. Seorang hamba hendaknya jangan menjadi orang yang pelit dan kikir terhadap diri sendiri dan keluarganya, serta tidak mau membantu orang yang membutuhkan. Namun di waktu yang sama, jangan pula menjadi manusia boros yang menghambur-hamburkan harta yang dianugerahkan Allah kepadanya untuk hal-hal yang tidak pada tempatnya. Allah Subhanahu wata`ala berfirman:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah engkau terlalu mengulurkannya (boros), karena itu akan membuatmu menjadi tercela dan menyesal.” [QS. Al-Isra’: 29]
Perintah Berlaku Sederhana di Dalam Al-Quran dan Sunnah
Oleh karena ajaran Islam tidak mungkin bertolak belakang dengan fitrah yang lurus, maka Agama ini pun telah memenuhi segala keperluan yang menjadi kebutuhan primer manusia. Syariat membolehkan manusia mengambil manfaat dari hal-hal yang baik, juga mempersilahkan manusia memberi keluasan fasilitas untuk diri, keluarga, bahkan seluruh manusia, dengan syarat tidak boleh berlebihan dan boros. Allah Subhanahu wata`ala berfirman:
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
“Makan dan minumlah, serta janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [QS. Al-A`raf: 31].
Ajakan kami untuk hidup sederhana dalam kehidupan dan nafkah bukanlah berarti mengharamkan hal-hal baik yang telah dihalalkan oleh Allah. Karena Allah Subhanahu wata`ala berfirman: “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya, dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari Kiamat.” [QS. Al-A`râf: 32].
Ajakan yang ingin kami sampaikan adalah ajakan untuk bersikap wajar dan moderat yang merupakan salah satu sifat Umat ini. Allah Subhanahu wata`ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil (pertengahan).” [QS. Al-Baqarah: 143]
Sumber: Islamweb