Keluarga Pendidikan

Infaq Terbaik Yang Engkau Berikan

a man holding a smart phone while standing next to a woman

Diantara keutamaan dan keindahan syariat Islam ini adalah banyaknya jalan menuju kebaikan dan beragamnya amal saleh yang dengannya setiap mukmin mendekatkan diri kepada Tuhannya, baik kaya maupun miskin, kuat maupun lemah. Diantara rahmat dan karunia-Nya atas hamba-hamba-Nya ialah bahwa Dia telah menganugerahkan rezeki-Nya kepada mereka, kemudian Dia khususkan sebagian mereka dengan harta untuk menguji mereka dalam rasa syukur, dan agar mereka mendekatkan diri kepada-Nya dengan zakat dan sedekah, agar pahala mereka bertambah, harta mereka disucikan, dan jiwa mereka disucikan. Yang demikian itu adalah karunia Allah, yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Besar karunia-Nya.

Berinfak di jalan Allah merupakan salah satu bentuk ketakwaan yang paling utama. Infak ini memiliki banyak aspek yang diukur nilainya, dan seseorang dapat membedakannya berdasarkan keadaan dan kondisi. Salah satu pengeluaran terbaik yang mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya adalah pengeluaran untuk keluarga, anak, dan kerabatnya. Ketika seseorang membelanjakan hartanya untuk keluarga yang ia nafkahi dan wajib nafkahi, seperti istri, anak, dan kerabat lainnya, baik pengeluaran kecil maupun besar, dengan niat untuk meraih keridhaan Allah, maka pengeluaran tersebut akan dicatat oleh Allah sebagai amal saleh dan kebaikan yang akan dibalas dengan pahala sedekah. Ini termasuk pengeluaran untuk hiburan, membahagiakan keluarga dengan apa yang Allah izinkan, biaya sekolah, dan pengeluaran lainnya yang seringkali kita abaikan dan abaikan ketika membelanjakannya.

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Uqbah bin Amr, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang Muslim memberikan nafkah untuk keluarganya dengan mengharap pahala dari Allah, maka itu dianggap sedekah baginya.” Maka, kita harus mengharap pahala dari Allah dan mencari pahala dari Allah ketika berinfak. Seorang Muslim hendaknya berhati-hati dari kelalaian dan tidak mengharap pahala dari Allah. An-Nawawi berkata: “Ini tidak termasuk orang yang berinfak tanpa berpikir,” artinya ia lalai dari niat dan tidak berniat mengharap pahala dari Allah.

Muslim juga meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Abu Hurairah (ra dengan dia), bahwa Rasulullah (damai dan berkah besertanya) bersabda: “Satu dinar yang kamu belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu – yang paling besar pahalanya adalah yang kamu belanjakan untuk keluargamu.” Nabi (damai dan berkah besertanya) menjelaskan bahwa pengeluaran terbesar dari semua ini dalam pahala adalah dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu, jika hamba itu bermaksud dengan pengeluaran ini untuk mencari keridhaan Allah SWT. Keluarga termasuk istri, anak-anak, dan orang-orang yang wajib kamu nafkahi. Hadits ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk keluarga lebih diutamakan daripada pengeluaran lain ketika seseorang tidak mampu memenuhi semuanya. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Hakim bin Hizam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mulailah dengan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Mencari hal yang halal dan menafkahi keluarga adalah perkara besar yang tidak dapat disamakan dengan amal shaleh apa pun.

Bahasa Indonesia: Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, atas otoritas Thawban, budak yang dibebaskan dari Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya), bahwa Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) berkata: “Dinar terbaik yang dapat dibelanjakan seseorang adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang dibelanjakan seseorang untuk tunggangannya di jalan Allah, dan dinar yang dibelanjakan untuk para sahabatnya di jalan Allah.” Abu Qilabah berkata: Dia mulai dengan keluarga, lalu Abu Qilabah berkata: Siapakah orang yang memiliki pahala lebih besar daripada orang yang menafkahkan untuk anak-anaknya yang masih kecil, melindungi mereka, atau Allah memberi manfaat kepada mereka melalui dia, dan membuat mereka mandiri?

Pengeluaran terbaik dan paling pantas adalah pengeluaran untuk keluarga dan anak-anak yang belum mampu mencari nafkah. Pengeluaran ini akan melindungi mereka dari meminta-minta dan akan membuat mereka terbebas dari hinaan dan aib.

Muslim juga meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Aisyah (radhiyallahu ‘anhu), yang berkata: “Seorang wanita miskin datang kepadaku sambil membawa kedua putrinya, maka aku memberinya tiga buah kurma. Ia memberi masing-masing satu buah kurma dan satu buah kurma lagi di dekat mulutnya untuk dimakan. Kedua putrinya meminta makanan, maka ia membagi kurma yang ingin dimakannya untuk mereka berdua. Aku merasa senang dengan perilakunya, maka aku menceritakan apa yang telah ia lakukan kepada Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam). Beliau bersabda: ‘Allah telah menjamin surga baginya karenanya, atau membebaskannya dari api karenanya.'”

Maka, lihatlah bagaimana berbuat baik kepada anak-anak dan mengutamakan mereka di atas diri sendiri merupakan salah satu sebab masuk surga dan diselamatkan dari api.

Dalam dua Shahih, dari Aisyah (radhiyallahu ‘anhu), Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda: “Barangsiapa diuji dengan anak-anak perempuan dan berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”

Mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka, karena ia telah menjaga mereka di dunia dengan kebaikan dan didikan yang diberikannya kepada mereka, maka Allah akan menjaganya sebagai pahala yang setimpal.

Di sisi lain, seseorang bisa berdosa jika ia kikir dan menahan makanan dari orang-orang yang menjadi sumber rezekinya, seperti keluarga, anak-anak, dan budak.

Dalam Shahih Muslim, berdasarkan Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Cukuplah dosa bagi seseorang yang menahan makanan dari orang-orang yang menjadi sumber rezekinya.”

Orang beriman selalu berprasangka baik kepada Sang Pencipta, menafkahkan hartanya, dan berharap keberuntungan serta keberkahan Allah dalam hartanya,

Sumber: islamweb

admin

admin

About Author

Masyhadi Akhyar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan risalah terbaru dengan berlangganan

Jadi pertama yang tahu

We don’t spam! Read our privacy policy for more info.